Laman

Jumat, 29 Oktober 2010

PBB Menyatakan Pengguna Narkoba Di Asia Tidak Boleh Dikriminalkan

Sabtu, 14 November 2009 15:13
By : Matt Steinglass 

Pekan ini, ratusan ahli kesehatan umum berkumpul di Vietnam untuk membahas bagaimana caranya menghubungkan kesehatan dan hak-hak azasi manusia. 

Hak azasi untuk mendapatkan kesehatan telah disepakati dalam berbagai perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tapi gagasan kesehatan umum dan hak azasi manusia kerap bertentangan, khususnya ketika banyak pemerintahan menganggapi berbagai kegiatan sebagai kejahatan, seperti penggunaan narkoba.

Dan seperti yang dilaporkan Matt Steinglass dari Hanoi, beberapa pemerintahan kini sangat sensitif dengan isu hak azasi manusia.

Kita sering memikirkan hak azasi manusia dalam konteks hal-hal yang tidak boleh dilakukan pemerintah kepada Anda.

Tapi Deklarasi Hak Azasi Manusia juga memerintahkan beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk Anda. Seperti memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Pekan ini di Hanoi, ratusan ahli kesehatan dari seluruh dunia berkumpul untuk membahas kesehatan sebagai hak azasi manusia.

Ahli tembakau Vietnam Hoang Anh Pham mengatakan, pejabat kesehatan harus melindungi hak-hak para anak dan mereka yang tidak merokok.
“Dalam satu studi ditemukan, 70 persen perempuan di Vietnam yang tinggal di satu rumah dengan seorang perokok. 70 persen di antara mereka harus menghirup asap itu secara pasif. 50 persen di antaranya mengatakan anak-anak terus menerus menghisap rokok di rumah. Apa yang pemerintah bisa lakukan untuk mengurangi dampak dari asap rokok ini.”

Tapi presenstasi paling kontroversial di konferensi itu datang dari sejumlah ahli yang sangat berkaitan dengan hak azasi manusia yaitu: kecanduan narkoba.

Anand Grover, wakil khusus PBB urusan hak untuk kesehatan mengatakan kepada para peserta konferensi, penggunan obat-obatan di Asia atau Vietnam semestinya tidak dikriminalkan.
“Kriminalisasi kebiasaan ini sebenarnya menghindari mereka untuk mendapakan hak kesehatan semua orang, termasuk kelompok ini. Menurut saya, kebiasaan ini harus didekriminalisasi.”

Masalah utama narkoba di Asia adalah heroin.

Banyak negara termasuk Vietnam, mengirim para pecandu heroin ke tempat perawatan yang sudah ditunjuk. Di sana mereka dipaksa berhenti menggunakan narkoba dan tinggal di kamp itu hingga empat tahun. Kamp semacam ini biasanya menampung lebih dari 50 ribu pemakai narkoba.

Di Cina, jumlah itu mungkin mencapai 350 ribu orang. Beberapa organisasi hak azasi manusia mengkritik kamp-kamp tersebut melanggar hak azasi manusia para pecandu. Berdasarkan beberapa studi, lebih dari 97 persen kembali menggunakan narkoba setelah keluar kamp.

Baru-baru ini Vietnam dan Cina mencoba menggunakan pendekatan yang baru : yaitu methadone dan buprenorphine. Dua obat ini bila dikonsumsi setiap hari bisa menghilangkan keinginan mengkonsumsi heroin.

Dr Nguyen To Nghu adalah direktur program Family Health International atau Kesehatan Keluarga Internasional, yang membantu mengelola sejumlah klinik methadone pertama di Vietnam.

Sebagian pendanaan ini dari program anti-AIDS PEPFAR dari Amerika Serkiat yang dibuka tahun lalu. Sebagian besar mereka yang mendapatkan metahonde tidak penah menggunakan heroin lagi.

Question : Ada berapa banyak orang dalam program Anda?
“Sekarang ini sudah mencai seribu enam ratus orang di enam klinik. Dan mereka yang mengikutinya mencapai 95 persen.”

Question : Jadi 95 persen orang yang bergabung masih mengikuti program ini?
“Ya. Dan lima persen keluar, mayoritasnya meninggal karena mengidap AIDS.”

Dr. Le Giang adalah peneliti asal Vietnam yang mempelajari kasus dari beberapa peserta program. Ia menemukan mereka yang beberapa kali gagal detoks justru berhasil setelah menggunakan methadone.

“Rasa sentimental seperti yang dirasakan laki-laki berusia 30 tahun ini juga dirasakan banyak orang lainnya. 'Saya tersentuh setelah tahu apa dampak methadone untuk saya dan saya langsung menangis. Saya katakan pada diri saya, untuk kali pertama dalam beberapa tahun terakhir ini sayalah punya kehidupan.”

Di Cina, klinik percontohan metahdone mulai didirikan lima tahun lalu, dan kini sudah ada 500 program seperti itu.

Dalam konferensi ini, dokter Xiaomei Zhai dan Qiu Renzong dari Chinese Academy of Medicine atau Akademi Kedokteran Cina meminta dekriminalisasi penyalahguanaan obat-obatan atau narkoba di Cina.

Memperlakuan para pemakai narkoba seperti penjahat justru membahayakan kesehatan mereka kata Dr. Zhai.

“Kita harus merawat mereka sebagai pasien dan bukan hanya pelanggar hukum. Karena dari segi ilmiah, mereka memang pasien.“

Tapi Zhai dan Renzong mengatakan, para pemimpin Cina telah menerima perawatan yang menggunakan methadone dan dekrimalisasi.

Dan Grover dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menuturkan, pemerintahan di Asia lebih condong pada pendekatan perawatan ketimbang hukuman, termasuk di berbagai negara komunis.

“Salah satu hal yang bagus dari partai Komunis adalah mereka mendasarkan kebijakan mereka atas apa yang mereka sebut sebagai sosialisme yang ilmiah. Jadi ilmu pengetahuan alam adalah hal yang sangat kuat. Saya harap mereka akan lihat berbagai bukti dan tidah hanya ideologi politik beberapa negara.”

Berdasarkan bukti di konferensi, memberikan methadone kepada pecandu dan tidak memaksa mereka masuk ke pusat detoksifikasi, akan melindungi hak asasi sekaligus memperbaiki kesehatan mereka.